Catatan di Minggu Pagi
My really first jogging this month. Padahal liburnya udah 4 hari termasuk hari ini. Ya gimana yaa namanya juga lagi malas bergerak hehe. Kalau badannya udah berasa sakit-sakit lagi baru deh jogging lagi hihi.
Anyway, tadi pas jogging tepatnya sebelum lari (masih jalan untuk pemanasan gitu) tiba-tiba ada cowok yang nabrak kaki aku dari belakang. Enggak kenapa-kenapa si tapi kaget aja. Ya harap maklum my RBF akan sangat terlihat ditambah sejujurnya aku kesal banget. Karena kaget coy. Secara aku lagi enjoy banget jalan dengan angin sepoi-sepoi sambil mendengarkan musik di spotify terus tiba-tiba dikagetin dari belakang which is aku enggak bisa lihat dan prepare sebelumnya. Kalau dari depan kan kita bisa menghindar ya, jadi kagetnya enggak yang bakal kayak sekaget itu. Orangnya minta maaf terus lanjut lari lagi.
Pas aku udah jalan mau sampai ke amphitheater dekat DEB tiba-tiba ada cowok yang melihat ke arah aku kebetulan aku juga melihat ke arah orangnya sambil mulut aku komat-kamit mengikuti lirik lagu yang sedang aku dengarkan.
Terus mas-nya langsung ngomong:
“Mbak, maaf ya tadi kena sepatunya” sambil jari disusun sepuluh.
Me : Awalnya agak bingung kayak “ini orang ngomong sama aku?” Karena di depan aku juga ada orang dan aku enggak ingat muka orang yang nabrak kaki aku tadi. Untungnya aku loading enggak lama-lama banget haha. “Oh iya gapapa mas” sambil lanjut jalan.
Mas-nya : “Maaf ya mbak, tadi saya lagi fokus ngejar ini (sambil nunjuk smart watch nya)”.
Me : Karena mas-nya sambil susun jari sepuluh. Refleks aku juga begitu LOL. “Iya gapapa mas” sambil senyum biar mas-nya enggak terlalu merasa bersalah. Terus aku jalan lebih cepat deh hehe.
Bukan, ini bukan cerita romantis yang kayak enggak disengaja gitu-gitu. BUKAN. Enggak usah berharap tulisan ini akan jadi tulisan romantis ya wkwk.
***
Anyway, yang mau aku highlight adalah “di dunia ini masih ada orang-orang baik kok”.
Aku pengen memposisikan diri sebagai mas-nya. Enggak mudah loh untuk memulai atau manggil stranger apalagi kita sadar bahwa kita udah bikin orang itu enggak nyaman. Apalagi manggilnya untuk minta maaf. Pasti akan ada banyak pergolakan dalam diri kita kayak “ntar orangnya maafin aku enggak ya?” “Kalau orangnya marah gimana ya?” dll. Kalau kita fokusnya hanya pada pikiran-pikiran itu yang ada “minta maafnya enggak jadi, hati makin enggak tenang, dan makin bertanya-tanya”.
Salut sama keberanian mas-nya yang mau melawan pikiran-pikiran dalam dirinya and say sorry to make sure permintaan maafnya sudah tersampaikan.
Karena terkadang ketenangan hati itu muncul justru sebelum kita tau orang itu maafin kita atau enggak. Tapi dengan diri kita berani untuk menyadari bahwa kita salah dan menyampaikan kata maaf itu udah sebuah ketenangan hati dan pikiran.
Aku juga mau appreciate diri aku sendiri yang biasanya suka tempramen. Tapi hari itu, aku bisa tetap keep calm walau ekspresi wajahnya enggak bisa bohong si yaa hehe. Tapi aku bersyukur banget karena tidak mengeluarkan kata-kata kayak “lain kali hati-hati ya mas, lihat-lihat kalau mau lari. Karena enggak cuma mas-nya aja yang lari di sini”. Aseli aku bersyukur banget lagi enggak ngomong kayak gitu wkwk
Setelah aku refleksikan, aku jadi menyadari kayak “kadang sikap kita tergantung bagaimana orang lain bersikap enggak sih?”. Karena mas-nya mau untuk minta maaf lagi, jadi bagi aku kayak “oh orang ini emang benar-benar merasa bersalah. Toh juga dia enggak sengaja dan mungkin dia udah hati-hati tapi kita enggak pernah tau apa yang akan terjadi di depan sana”.
"kadang sikap kita tergantung bagaimana orang lain bersikap" SETUJU !!
ReplyDelete