Semakin Tua
Berawal dari nama yang aku tulis di kertas coret-coretan karena aku interviewnya setelah nama itu. Sayang kertasnya udah aku buang. Sampai akhirnya ada chat masuk kayak begini:
Gimana nggak nangis sampe sesenggukan dan hidung meler. Apalagi yang kalimat "jaga diri baik-baik". Jadi berasa kayak "oh you live alone Dil" (pas nulis ini masih berkaca-kaca) jadi berasa kayak kita tuh nggak bakal ketemu lagi padahal cuma beda kecamatan haha
Tapi, walau cuma beda kecamatan semua pasti berasa beda. Kalo dulu setiap kita punya masalah atau pengen cerita tinggal cerita. Sekarang nunggu kita punya jadwal sama-sama kosong dulu. Atau kalo nggak ngobrolnya dichat tapi VN wkwk
Flashback ke masa-masa awal kita kenal kayaknya nggak butuh waktu yang lama untuk kita akrab. Kalau dilihat dari karakter atau kepribadian kita punya beberapa persamaan dan juga perbedaan pastinya. Kita sama-sama nggak enakan, tapi Rizki si paling nggak enakan banget, nggak tegaan. Kalo aku karena egonya masih tinggi jadi nggak enakannya itu munculnya belakangan setelah aku menumpahkan semua emosi yang muncul. Sedangkan Rizki tipikal yang lebih memilih untuk mengalah daripada jadi konflik. Aku nggak bisa banget tuh kayak begitu.
Tapi perbedaan itu nggak pernah bikin kita berselisih. Berbeda pendapat itu pasti tapi untuk sampe berantem Alhamdulillah belum pernah dan semoga nggak yaa Riis wkwkwk
Aku mulai berbagi cerita ketika kita sama-sama ngobrolin tentang keluarga dan pada saat itu kita sama-sama nangis. Pertama kali di hidupku, aku bisa nangis di depan orang lain. Sebagai manusia yang gengsinya masih tinggi aku nggak pernah bisa untuk nangis di depan orang abis cerita sesuatu. Paling mentok cuma berkaca-kaca. Beda cerita kalo depan keluarga inti. Belum mulai ngomong aja udah nangis HAHA
Pada saat itu aku sampe nangis kejer sesenggukan karena nggak tau kayak sesak aja gitu rasanya. Terus Rizki peluk aku. The real definition of "kali pertama di hidupku manusia lain memelukku". Selama ini kalo aku nangis depan Ayah aku cuma didiemin, ntar kalo udah selesai nangis aku dibecandain. Kalo nangis depan Ibu yang ada aku diomelin. Nangis depan Kakak aku dibilang cengeng. Pertama kali nangis di depan orang lain dan aku dipeluk. Dari situ aku jadi sadar ternyata dipeluk ketika kita sedang merasa tidak baik-baik aja itu menenangkan. Dan itu mengajarkan aku kayak kelak kalo Allah izinkan aku menjadi seorang Ibu, kalo anak aku nangis aku bakal peluk dia, karena se-menenangkan itu rasanya. Tanpa perlu ditanya "kenapa nangis?" apalagi dijudge "nggak usah nangis, cengeng banget, itu aja nangis".
Sampai akhirnya aku bisa percaya berbagi cerita apapun ke Rizki. Bahkan seringnya Rizki jadi orang pertama yang lebih dulu tau masalah atau hari-hari buruk yang sedang aku lalui daripada keluarga. Seringnya aku cerita ke Ayah dan Ibu ketika aku sudah baik-baik aja atau ketika aku sudah bisa mengatasi masalah itu dengan baik. Di satu sisi justru aku bersyukur akan hal itu karena Ayah dan Ibu nggak perlu khawatir yang berlebihan.
***
A letter to Rizki
Dear Riris ikii,
Terima kasih sudah jadi teman bahkan udah kayak saudara kandung buat aku selama ini. Nggak tau kenapa kita tuh kayak dua orang yang punya koneksi. Simpelnya kayak sama-sama lagi mikirin sesuatu terus tiba-tiba salah satu dari kita ada yang ngomong duluan. "Aku juga lagi mikirin itu, eh taunya kamu yang ngomong duluan". Dan itu terjadi nggak cuma sekali dua kali tapi sering.
Terima kasih udah bikin hidup aku jadi lebih berwarna, bikin aku nggak kesepian lagi. Bikin aku jadi sadar bahwa sendiri itu pilihan daripada harus bareng orang yang kita nggak cocok. Terima kasih selalu jadi pendengar setia curhatannya Dila yang kadang itu-itu terus sampe mungkin kamu bosen. Terima kasih sudah menerima Dila yang ego dan gengsinya masih tinggi. Makasih udah selalu mau aku repotin buat ditemenin ke mana-mana. Jangan bosen buat aku ajakin raun-raun (jalan-jalan) kalo lagi overthinking yaa Riis hihi
Terima kasih sudah baik sama aku. Terima kasih sudah menjadi tempat untuk aku berbagi cerita dan derita selama ini. Aku nggak cuma bisa berbagi cerita bahagia tapi juga cerita sedih bahkan cerita menyakitkan. Kamu orang pertama yang tau sebesar apa patah hatiku kala itu, kamu juga yang membantu aku untuk bisa berdiri lagi untuk bilang "gapapa". Ngajarin untuk ikhlas dan tetap berprasangka baik dengan Allah “pasti Allah ganti dengan yang jauh lebih baik dari ini Dila”. Ngajakin aku raun-raun keliling kota Jogja terus makan di angkringan walaupun di jalan kita saling diam tapi aku hargai itu sebagai bentuk kamu nggak mau ikut campur sebelum aku yang mulai cerita. Makasih banyak untuk semua kebaikan kamu Riis.
You are really a kind and sincere person I've ever met Rizkii. I always pray for your happiness and many good things to happen in your life.
This song for you Rizki:
Semakin tua dirimu bertambah usiasehat terus ya, kudoakan slalu bahagiasemakin tua, walau takut tumbuh dewasasemoga ya, kau dapatkan, apa saja hal yang kau inginkan
Love,
DILA💛
😇
ReplyDelete