Tahun ke-6

5 Agustus 2018 resmi menjadi hari pertama aku memulai bullet journal. Jika ditelusuri kembali di tahun 2018, alasan awal aku memulai bullet journal adalah untuk kembali ke hidup yang terorganisir, hidup yang terstruktur, hidup yang terencana, dan tertata. Starting bullet journal was also the continuous part of the way I passed my first quarter life crisis. Mengenal istilah bullet journal pertama kali ketika searching di youtube dengan kata kunci "how to have an organized life". Dari banyak video yang aku tonton akhirnya aku menemukan istilah planner, bullet journal, and decluttering. The thing that I needed for that time from those terms was a bullet journal. One of my fav bullet journalist is Amanda Rachlee. Why not a planner? Because the bullet journal was a complete choices, it's not only a planner but also a journal.

Planning and journaling adalah dua hal yang sangat aku butuhkan pada saat itu bahkan sampai sekarang. Planning membantu aku untuk merencanakan what I have to do for today, atau membantu aku membuat daily tasks dari goal yang sudah aku tetapkan. Nge-tracking habit apa saja yang sudah mulai terbentuk kemudian dievaluasi hingga pada akhirnya bisa diganti dengan habit baru yang ingin aku bentuk. Sedangkan journaling membantu aku mengekspresikan diri dengan jujur ke dalam bentuk tulisan akan perasaan dan emosi yang aku rasakan. Membantu aku mengenali dan meregulasi emosi yang aku punya, serta membantu aku mengurai benang kusut yang ada di kepala (read: overthinking).

I started the bullet journal (shorted: bujo) with the essentials that I had. Seperti buku pertama yang aku gunakan bukan dotted melainkan blank paper dan sebelumnya itu adalah dream book yang sudah tidak digunakan dan dialih fungsikan menjadi bujo.

my really first bujo

Begitupun dengan pulpen, marker, dan highlighter yang aku gunakan. Dari awal memulai bujo aku tidak membiasakan diri untuk membeli peralatan yang tidak perlu. Kalaupun harus beli tujuannya tidak hanya untuk bujo tapi juga bisa digunakan untuk menunjang perkuliahan. Seperti pulpen warna warni dan highlighter yang juga aku gunakan untuk membaca dan sitasi artikel atau jurnal akademik ketika mengerjakan paper atau essay pada saat kuliah. Salah satu faktor kebanyakan bullet journalist yang berhenti dikarenakan terlalu fokus pada membeli alat-alat untuk memperindah bujo daripada esensi dari bujo itu sendiri. Anw aku juga memulai bujo dengan kemampuan lettering seadanya.
ini adalah lettering pertamaku

Pada saat itu aku benar-benar nggak paham halus kasar tipis tebal dalam lettering. Pelan-pelan belajar dari Youtube sehingga aku mengenal istilah "fake calligraphy". Yaitu lettering yang tidak menggunakan brush pen. Teknik lettering menggunakan brush pen sampai dengan saat ini masih belum aku kuasai. Sehingga dari awal memulai bujo aku hanya punya 1 tombow brush pen yang mostly aku gunakan sebagai highlighter daripada lettering haha.
one of my fake calligraphy

Belum terlalu bagus tapi lumayan lah yaa dibandingkan yang pertama hehe.
Anw bujo has it's own system. Maksudnya adalah bujo itu tidak hanya sekedar planner yang isinya to-do list atau journaling bebas melainkan memiliki sebuah sistem yang bisa kita adjust sesuai kebutuhan. Bujo itu dibagi berdasarkan periode waktu seperti ada yearly log, monthly log, weekly log, dan daily spread.
Yearly log atau future log biasanya diisi dengan kalender selama 1 tahun penuh beserta agenda tahunan yang akan dicapai di tahun tersebut, goals atau resolusi tahunan. Intinya apa saja yang ingin dicapai dalam 1 tahun itu.
my 2019 future log

Monthly log atau disebut juga monthly spread isinya adalah kayak dalam 1 tahun dipersempit menjadi 1 bulan. Atau mudahnya hal-hal yang ingin dicapai dalam 1 tahun dikerucutkan menjadi hal apa saja yang harus dilakukan setiap bulannya. Sehingga monthly log isinya adalah kalender selama 1 bulan dengan rincian agenda di setiap tanggal yang sudah ditentukan. 
my November 2021 monthly spread
Weekly spread berisi 7 hari dalam seminggu yaitu plan atau to-do list yang akan dilakukan untuk mencapai goals yang sudah ditetapkan di awal bulan. Goals untuk 1 bulan dikerucutkan menjadi goals di 1 minggu. Sebenarnya weekly dan daily spread aku gabung dalam 1 lembar yang sama. Sehingga daily spread isinya adalah goals 1 minggu yang dikerucutkan menjadi kegiatan sehari-hari.
my first year of bujo weekly spread

Sebenarnya weekly spread dari tahun ke tahun itu mengalami perubahan. Apalagi ketika aku kuliah, setelah kuliah, dan sekarang bekerja. Banyak sekali perbedaan. Terkadang ada momen di mana aku bosan dengan layout weekly spread yang selalu sama setiap minggunya maka terkadang dalam 1 bulan aku bisa menggunakan 4 layout yang berbeda untuk setiap minggunya. Bagi yang bingung maksudnya layout itu seperti apa, bisa cek instagram aku @jejakdila. Di akun tersebut isinya 95% adalah foto-foto bujo aku dari bujo pertama sampai hari ini. Kalian bisa temukan perbedaan weekly spread di setiap minggu, bulan, bahkan tahun. 
Ketika kuliah bujo sangat membantu aku untuk stay productive dan fokus dengan setumpuk tugas kayak paper atau essay yang harus diselesaikan setiap minggu bahkan setiap harinya. Sehingga weekly spread aku kebanyakan diisi dengan apa aja yang harus aku cari untuk menyelesaikan sebuah paper. Misalnya mulai dengan nyari artikel, jurnal akademik, atau buku, terus dilanjutkan dengan sehari ini aku harus membaca berapa artikel. Setelah itu mulai membuat outline dari paper yang akan ditulis kayak topik apa yang akan aku angkat, study case mana yang akan aku gunakan, teori siapa yang akan memperkuat studi kasus tersebut, hingga paper itu selesai. Begitu seterusnya sampai kuliah aku selesai. Bisa dikatakan pada masa kuliah fungsi bujo lebih banyak aku gunakan sebagai planner. Untuk journaling lebih sering aku buat terpisah kayak nulis di buku yang terpisah atau di laptop. Setelah selesai kuliah karena aktivitas yang aku lakukan adalah seperti sebuah rutinitas yang berulang setiap harinya sehingga bujo lebih banyak aku gunakan sebagai journaling dan recap. Iya, recap memori hal-hal penting dan nggak penting yang aku lakukan di hari itu haha. Atau sekedar menulis di hari itu aku ngapain aja.

Tidak terasa di tahun ini aku sudah memasuki tahun ke-6 dalam berproses dan bertumbuh bersama bullet journal. Iya, bujo memiliki peran penting dalam proses pendewasaan, pembentukan karakter, dan pengingat buat aku. Tidak dipungkiri pasti ada masa ups and downs. Di tahun pertama aku memulai bujo setiap pergantian minggu dan pergantian bulan aku excited banget untuk membuat weekly spread atau monthly spread set up. Menghias bujo menjadi stress relief atau healing-nya aku pada saat itu bahkan sampai saat ini ternyata. Menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk nulis atau bikin layout-nya itu recharge energy banget buat aku. Sembari nge-bujo sembari aku buka Youtube tentang study with me yang biasanya pakai Background Music (BGM) yang bagus-bagus hehe.
kondisi meja kalo lagi seru-serunya nge-bujo, messy but i'm happy

Sejujurnya awal tahun 2024 aku mulai kehilangan minat dalam menulis bujo. That's why I write this blog untuk menemukan kembali alasan awal aku memulai bujo dan excitement yang pernah aku rasakan dulu walau mungkin tidak sama but at least I find it again. Kalau kata Kak Fardi Yandi di judul bukunya "Tak Apa Memulai Lagi". Walaupun kemarin-kemarin aku tidak berhenti tapi rasanya seperti kehilangan nyawa aja dalam membuat bujo. So this year I decided to keep bullet journaling. Mungkin sampai kapanpun tidak ada alasan untuk aku berhenti hehe.


Comments

Popular posts from this blog

Bocil Thailand

FerAyu Berlabuh

Semakin Tua