Anonymous QnA

 


If you follow my main account on Instagram, you may know that I’ve ever posted a story about NGL or an anonymous message that you can write everything there, on the last day of 2022.

So now I wanna answer all the questions or give feedback for the messages.

Sebenarnya pengen aku jawab langsung di instagram story juga keesokan harinya (1 Januari 2023) tapi rasa malas lebih besar dari tekad untuk melakukannya haha

Jadilah aku punya ide untuk jadiin tulisan di blog.

 

Pesan Pertama


Aku udah tahu ini dari siapa karena aku belajar bikin story NGL-nya dari dia dan ternyata dia orang pertama yang ngisi. Yaitu Ayu Hamnida wkwk

"Aku juga seneng banget bisa ketemu lagi sama kamu ayy, se-seru itu untuk berbagi banyak perspektif dengan kamu mulai dari ngebahas soal kebijakan publik, kerjaan, Jogja beberapa tahun ke depan, bahkan worth it enggak sih membesarkan anak di Jogja. Sampai segitunya wkwk

Hidup enggak ada yang tau yaa ayy, jika nanti kita udah enggak sama-sama di Jogja lagi semoga silaturahmi tetap terjalin dan tetap bisa saling berbagi cerita dan perspektif lainnya. Aku bakalan kangen momen itu sih suatu saat nanti wkwk

Healingnya udah yaa kemarin haha"

Satu obrolan yang aku ingat banget pada saat itu dan juga aku setujui "Jogja itu kota yang pas, enggak yang kota besar banget dan juga enggak kota yang kecil banget".

Karena yang pertama bagus dan sesuai ekspektasi, aku pikir pesan-pesan selanjutnya akan sama ternyata beda banget dan berhasil membuat aku kaget LOL.

 

Pesan Kedua


Sejujurnya aku enggak penasaran sama sekali dengan siapa pengirimnya sampai dengan pesan-pesan selanjutnya. Hanya kaget aja “oh apa karena dibuat anonymous yaa makanya ada yang berani buat nanya begini?”. Karena followers aku adalah orang-orang yang aku kenal dan sebaliknya. Artinya orang-orang yang tahu bahwa Dila itu orangnya serius dan enggak bakalan ngerespon untuk pertanyaan-pertanyaan sejenis ini LOL.

Tapi, di satu sisi aku juga mikir dan sadar “tapi emang di usia aku sekarang pertanyaannya akan seputar ini”. Jika dulu ketika masih kuliah saat teman-teman seangkatan udah pada sidang, wisuda atau lulus pasti pertanyaan orang-orang “kapan sidang? Kapan lulus? Kapan wisuda?”.

Setelah aku lulus kuliah, kemudian memutuskan untuk di rumah dulu, pertanyaannya berlanjut “kerja di mana?” “di rumah aja?”.

Then now when I’ve got the job pertanyaannya masih belum berakhir, kalau enggak nge-upload foto atau story bareng cowok maka kesimpulan orang-orang kamu lagi sendiri. Jadilah muncul pertanyaan di atas “udah ada pacar?”.

Terus kalo udah punya pacar, entar pertanyaannya bakal lanjut lagi “kapan nikah? Kapan dihalalin?”.

Daan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.

Enggak kelar-kelar yaa hidup kita dengan ngejawabin pertanyaan dari orang-orang.

But anw, right now aku enggak bakalan ngebahas panjang tentang itu karena sepertinya itu emang udah hukum alam ketika hidup sebagai manusia haha.

Kembali ke pesan yang masuk.

Kalau aku post jawabannya di IG pengen ngejawab pake jawabannya Ayu (si pengirim pesan sebelumnya)  "Punya, di Korea" HAHA

Tapi karena akan ditulis di blog mari dijawab dengan serius wkwk

Jawabannya belum.

Karena aku enggak pacaran. Alasannya simpel karena enggak mau punya mantan haha

Punya teman dekat aja yang kemudian kita enggak temanan lagi karena berbeda paham, atau perbedaan lainnya udah berhasil menguras energi. Apalagi ketika kamu punya someone special yang ibaratnya kamu menyayangi dia and he was too terus putus, enggak ngomong-ngomong lagi, aku enggak kebayang rasanya gimana dan menghadapi dia akan seperti apa.

Kalaupun harus pacaran aku lebih memilih untuk menemukan dan berjalan bersama 1 orang sampai akhir daripada harus pacaran-putus terus berputar di situ terus baru menemukan 1 orang yang pas. 

Mengutip kata-kata dari salah satu teman (namanya Yaya) ketika sedang berdiskusi, "di usia sekarang nyarinya bukan yang cinta-cinta-an monyet lagi, Dil. Tapi yang punya tujuan sama yaitu ke arah yang serius (nikah)".

Intinya udah enggak mau buang-buang waktu dan energi untuk hal-hal yang tidak terlalu penting.

 

Pesan Ketiga


Jawabannya iya dan enggak. Bingung kan?

Sama, aku juga haha.

Mungkin aku bakalan jawab dengan sebuah analogi kali yaa yang intinya:

Tidak semua yang ngetuk pintu aku bukain

Karena yang namanya hati enggak bisa dipaksain untuk ketemu rasa “sreg” nya di siapa. Kadang ada yang datang ngetuk pintu dengan membawa kesiapan tapi aku nya enggak “sreg” yaa mau gimana. Dan ketika udah nemu “sreg” itu di seseorang maka siapapun yang ngetuk setelahnya enggak akan pernah aku tanggapi lagi. Case closed. Supaya tidak ada hati yang secara tidak sengaja diberi harapan. Cause I know that hurt feeling.


Pesan Keempat

WOW

Siapapun kamu, aku enggak akan bosan-bosan untuk bilang "terima kasih".

Ketika kamu tulis begitu artinya aku benar-benar bersyukur memiliki teman seperti kamu. Terima kasih telah ada di saat-saat sulitku, di saat aku butuh seseorang yang mengingatkanku bahwa aku tidak sendiri dan aku berharga. Semoga kedepannya tetap bisa begitu. Dan semoga aku juga bisa menjadi teman yang baik untuk kamu.


Pesan Kelima


Kalau pertanyaan ini muncul sebelum aku di Jogja, dengan mudah dan cepat aku akan jawab JOGJA.

Ya, se-kangen itu aku sama Jogja ketika masih di rumah wkwk

Karena sekarang Alhamdulillah udah di Jogja lagi, maka jawabannya berubah menjadi rumah. Lebih tepatnya orang-orang yang ada di dalamnya. My mom, my dad, and my sist.

Yah walaupun kalau deketan kita sering berantem tapi justru aku berterima kasih dengan jarak. Karena dia, kita bisa saling kangen-kangenan (walaupun suka gengsi haha). Bisa lebih banyak ngobrolin hal-hal menyenangkan walaupun hidup pasti balance, jika ada senang maka akan ada sedih. Tapi sedihnya enggak terlalu banyak lah kalo udah jauh-jauhan wkwk

***

Alright, pesan yang masuk cuma dikit tapi buat bisa ngelarin blog ini aku butuh lebih dari satu bulan ternyata haha

Comments

Popular posts from this blog

Bocil Thailand

FerAyu Berlabuh

Semakin Tua