Lebih Dekat
Halo semuaa!
Next...
Sedikit yang aku ingat ketika transisi dari TK ke SD aku anaknya semangat, ceria, dan pintar. Bahkan waktu itu semester satu di kelas 1 aja aku juara satu. Karena kelas 1 juga belajarnya baru belajar mengenal huruf, angka sama belajar baca. Sedangkan aku udah tau huruf, angka bahkan udah bisa ngeja bacaan itu dari TK. Jadi, yaa wajar aku bisa juara 1 haha. Tapi, seiring berjalannya waktu di kelas 2-4 aku udah enggak juara lagi. Karena di masa-masa itu aku banyak mainnya. Aku inget banget pulang sekolah bukannya makan, tidur siang atau ngapain gitu di rumah tapi malah langsung main ke rumah temen. Main sepeda lah, nyari ikan di parit, main masak-masakan, seru banget deh pokonya. Kayak masa kecilku bahagia banget gitu haha.
Tapi, pas udah di kelas 5-6 dan SMP aku mulai ngurangin main. Personality ku seingetku pertama kali berubah di masa ini terlebih ketika aku masuk SMP. Aku jadi anak yang ambisius, ansos, egois, nyaman dengan duniaku sendiri, pendiam, dan nilai oriented (waktu itu di otak aku cuma juara). Tapi dengan cara yang bener dong pastinya. BELAJAR. Bener-bener pas SMP itu aku enggak ada waktu untuk main. Karena sekolah dari pagi sampe siang jam 12.40. Abis itu pulang ke rumah cuma untuk sholat sama makan. Terus lanjut les sampe sore dan kadang ada les yang dalam satu hari itu 2. Malemnya kalo enggak ngerjain PR yaa nonton. Terus jam 9 udah tidur haha. Hiburan dan main aku itu cuma nonton, enggak ada keluar rumah. Weekend kalo enggak bantuin Ibu sama Kakak beres-beres rumah atau nemenin Ayah jualan, aku latihan Marching Band. Mungkin bagi kamu yang baca tulisan ini bakal mikir "kok monoton dan enggak enak banget sih hidupnya". Jujur pada saat itu aku merasa senang dan enjoy aja sih ngejalanin hari-hari seperti itu. Karena aku orang yang enggak suka diem di rumah dan enggak ngapa-ngapain. Aku orang yang aktif dan suka melakukan banyak kegiatan.
Intinya kehidupan SMP berjalan dengan gitu-gitu aja. Tapi ada banyak sekali momen-momen yang aku enggak bisa lupakan ketika aku di kelas 3 SMP. Salah satunya perjuangan untuk masuk SMA. Di awal kelas 3, aku udah mulai mikirin aku bakal lanjut SMA mana. Waktu itu aku pengennya masuk MAN karena dikenal sebagai Kampung Inggris. Dan ketika SMP aku cuma bener-bener menguasai dan menyukai 2 mata pelajaran yaitu Matematika dan Bahasa Inggris. Aku suka Matematika karena aku suka ngitung dan setiap ulangan mostly I got a perfect score. Kalo Bahasa Inggris aku suka Grammar dan emang cenderung pasif sih waktu itu. Bahkan aku pernah ikut lomba story telling pas kelas 3 itu pun karena ditunjuk sama guru, bukan karena aku yang memberanikan diri. Walaupun untuk berbicara di depan umum itu aku lumayan sering. Karena sering jadi MC. Tapi itu bisa liat konsep. Beda dengan kalo lagi story telling yang enggak bisa liat konsep melainkan dihapal. Jadi bebannya itu enggak cuma ngendaliin gerogi di atas panggung tapi juga hapalan tentang story yang akan diceritakan. Well, ternyata bener ada satu percakapan yang aku lupa ketika di atas panggung haha. Tapi Alhamdulillah tetap juara 1😁. Dan jadi satu-satunya prestasi aku di luar juara kelas.
Lanjut ke cerita mau masuk SMA. Singkat cerita aku enggak jadi daftar di MAN karena pada saat itu sebenernya aku juga terobsesi untuk bisa masuk SMA N Plus (tingkat provinsi) dan kebetulan jadwal pendaftaran di MAN itu sama dengan jadwal tes di SMA N Plus. Jadinya aku enggak bisa daftar. Dan satu hal lagi yang bikin aku enggak bisa daftar MAN karena enggak dibolehin Ayah. Singkat cerita, setelah tes di SMA N Plus, ternyata aku enggak lolos. Dan pemberitahuannya itu diumumkan lewat koran Riau Pos karena waktu itu internet belum yang secanggih sekarang dan ternyata namaku enggak ada di daftar peserta didik yang lolos. Abis baca koran itu aku lemes banget. Karena salah satu mimpiku gagal. Menurutku waktu itu hehe. Dengan semangat dari orang tua, akhirnya aku tes lagi di SMA N Pintar. Sistemnya hampir sama dengan SMA N Plus, cuma bedanya SMA N Pintar itu tingkat kabupaten. Ada rasa trauma dan enggak percaya diri sih ketika daftar ke SMA N Pintar karena sempat ditolak SMA N Plus. Tapi mungkin emang karena udah takdirnya. Alhamdulillah aku lolos SMA N Pintar dan itu pun karena kuota. Jadi bener-bener emang keberuntungan banget sih. Kebetulan waktu sistem PPDB SMA N Pintar itu pake sistem jatah per kecamatan 5 orang. Nah waktu itu ada 15 Kecamatan, tapi yang masuk itu cuma 14 Kecamatan dan ada beberapa kecamatan yang lolos itu kurang dari 5 orang. Maka untuk memenuhi kuota diambillah dari kecamatan yang nilai tesnya tertinggi. Kebetulan kecamatan aku nilai tertinggi ke dua, jadilah dari kecamatanku bisa masuk 7 orang (itu maksudnya kuota).
Nah, ketika SMA, aku mulai membuka diri, pendiamnya aku udah enggak separah pas SMP. Itu semua menurutku disebabkan oleh orang-orang yang ada di lingkungan sekolah. Mulai dari temen-temen seangkatan sampe ke guru yang emang kayak ortu kedua. Kebetulan SMA aku asrama, jadi ketemu sama temen-temen dan guru itu 24 jam karena guru juga tinggalnya di rumah dinas sekolah. Artinya selama 3 tahun, lebih banyak waktu 24 jam yang aku lalui bareng temen-temen dan guru dibandingkan keluarga. Jadi, menurutku yang bikin aku bisa perlahan-lahan membuka diri adalah karena aku menemukan lingkungan baru dan juga tuntutan baru yang mengharuskan aku untuk berubah. Dan sifat egois, apatis, ansos, nilai oriented itu perlahan memudar. Karena adanya sistem angkatan bikin sifat-sifat itu tidak terlalu menonjol seperti ketika aku SMP. Selain itu juga karena di SMA N Pintar adalah kumpulan orang-orang juara dari semua kecamatan yang ada di Kuansing, itu bikin aku kayak useless kalo cuma mikirin nilai atau juara. Karena semua orang adalah juara di sekolahnya. Dari situlah aku mulai mencari potensi apa yang aku punya tapi belum tentu semua orang bisa. Bisa dibilang SMA adalah awal dari self improvement yang terjadi dalam hidupku. Karena ketika SMA bener-bener aku belajar yang namanya bersyukur akan hidup yang aku jalani dan belajar untuk menerima takdir yang Tuhan berikan.
Mata pelajaran yang aku suka dari SMP tetap menjadi mata pelajaran yang aku sukai juga ketika SMA. Tapi seiring berjalannya waktu ketika udah di kelas X semester 2 aku mulai menyadari bahwa aku lebih condong menyukai Bahasa Inggris daripada Matematika. Dan dari situ aku juga menemukan celah untuk aku bisa punya sesuatu yang beda dari orang lain. Karena pada saat itu bahasa Inggris masih menjadi salah satu pelajaran yang sulit untuk temen-temen seangkatanku. Sedangkan matematika itu banyak yang lebih jago daripada aku. Dari situlah aku mulai menggali potensiku dalam bahasa Inggris dan aktif di ekskul English club dan di kelas 2 aku mulai aktif di English debate competition. Dan dari kelas 1 semester 2 juga aku sudah tahu aku akan menjadi apa dan kuliah di mana. Yaitu jadi Guru atau Dosen Bahasa Inggris dan kuliah di UPI Bandung jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Aku terinspirasi dari sosialisasi yang dilakukan mahasiswa S2 UPI Bandung. Dari situ aku mulai memperhatikan gimana caranya nilai bahasa Inggris aku bisa stabil dan meningkat sampe semester 5. Tapi juga tidak melupakan pelajaran lainnya. Artinya walaupun prioritas utamaku bahasa Inggris, tapi pelajaran lain itu juga penting sebagai penunjang.
So, untuk kamu yang udah baca sampe sini pasti tahu dong kalo aku adalah orang yang terencana dan terstruktur. Walaupun banyak orang yang bilang ke aku hidup dibikin santai aja kayak air mengalir. Bahasa kerennya let it flow aja deh, enggak usah dibikin ribet. Tapi aku senang dengan hidup yang penuh rencana. Karena bagiku ketika kita bisa menjalani hidup yang kita senangi di situlah arti hidup yang sesungguhnya. Walaupun banyak rencanaku yang tidak berjalan sesuai dengan harapan tapi itu tidak membuatku jera untuk tetap membuat perencanaan setiap hari, bulan atau tahun karena dengan adanya plan a, b,c, lebih membuat aku tenang daripada enggak ada sama sekali. Aku juga seorang introvert, dari awal tulisan ini tanpa ngeliat atau ketemu orangnya langsung juga kalian pasti tau haha. Seperti yang pernah aku singgung di kalimat awal bahwa aku suka nulis diary, notes dan sejenisnya. Alasan lainnya juga karena aku orang yang introvert sehingga enggak mudah untuk aku bisa cerita ke siapapun secara leluasa termasuk keluarga. Walaupun mungkin ada beberapa cerita yang aku pernah ceritakan, tapi sejatinya tidak seluwes aku cerita di diary atau notes dan sekarang lebih prefer nulis di laptop (word). Dan tidak semua yang terjadi di hidupku aku ceritakan. Karena mungkin memang bawaan dari introvert itu sendiri yang bikin aku sulit untuk bisa terbuka terhadap orang lain terutama orang baru. Dan juga sulit untuk bisa percaya dengan orang lain.
Kayaknya tulisan kedua ini cukup sampe di sini dulu. Semoga bermanfaat and have a nice day everyone~
Selamat datang di tulisan keduaku di blog. Harusnya tulisan ini menjadi tulisan pertamaku, tapi karena satu dan lain hal jadinya tulisan tentang perkenalan ini menjadi tulisan kedua.
Anyways, seperti yang kalian baca di tulisan pertamaku. Yups namaku Mainur Fahdila biasa dipanggil Dila. Saat ini aku masih seorang mahasiswi aktif di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM). Kesibukanku saat ini yaitu ngerjain skripsi, karena aku udah semester 7 huhu. Artinya bentar lagi bakal lulus (Aamiin). *curhat dikit nih 'ternyata ngerjain skripsi tok itu lebih menguras tenaga dan pikiran dibandingkan kuliah full dari pagi sampe sore atau dikasih tugas setiap hari yang deadlinenya satu minggu lagi' huft. Aku ga tau kenapa beban ngerjain skripsi itu lebih berat dibandingkan ngerjain tugas yang bertubi-tubi haha. But yeah I always try to enjoy it :) Keep spirit everyone!
***
Aku merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Aku punya kakak cewek yang jarak umur kami kurang dari dua tahun. So, bisa dibayangin lah yaa dengan jarak umur yang tidak terlalu jauh pastinya enggak ada kata enggak berantem tiap hari bahkan tiap detik haha. Tau dong yang selalu menang setiap kelahi siapa, yang jelas bukan aku lah haha. Aku selalu yang nangis setiap berantem sama dia. Mungkin aku bakal ceritain dia di blog ini suatu saat nanti di saat dia udah menemukan pendamping hidupnya hihi.
Oke kembali ke laptop😁
Selama masa sekolah aku mengalami banyak perubahan dalam personality ku. Kalo pas TK aku enggak terlalu ingat sih aku anak yang seperti apa, karena jujur aku orang yang sulit untuk mengingat memori ketika aku kecil. Itu yang menjadi salah satu alasan kenapa aku suka nulis diary, notes, dan sejenisnya yang isinya tentang apa yang aku alami dalam hari itu. Karena aku tahu kelemahanku bahwa aku enggak bisa ingat itu dalam waktu yang lama. Kecuali untuk peristiwa-peristiwa yang emang penting banget. Itu aku bisa ingat semuanya detail sampe ke tanggal-tanggalnya haha. Oh iya pas TK ada momen yang aku inget banget mengenai foto itu. Jadi waktu kecil itu aku menganggap diri aku sebagai anak cowok bukan cewek (ini gara-gara ayah sama ibu ngidamnya anak kedua itu cowok, makanya aku jadi kayak begitu 🙄). Maunya pake baju yang ada celana, enggak mau pake rok. Daan pas karnaval itu aku lupa sih tepatnya gimana, apa aku disuruh sama ayah atau ditunjuk guru harus pake baju adat Sumatera Barat (pastinya pake rok) apa gimana. Yang aku inget waktu itu bu guru TK bilang "Dila kan anak perempuan, jadi harus pakai rok ya nak". Dan enggak tau kenapa mau aja gitu haha. Dari foto itu juga bisa dilihat yaa, lagi hujan. Anak orang pada dipayungin sama emak bapaknya, lah aku malah di foto. Kan aneh ya hmm. Tapi dari situ sih aku paham bahwa ayah sama ibu dari kecil ngajarin aku jadi anak yang mandiri, enggak manja. Dan kalo dilihat dari foto juga aku dari kecil emang punya ekspresi muka Resting Bitch Face (RBF). Sama kayak ini nih😅
Karnaval TK tahun 2004
Selama masa sekolah aku mengalami banyak perubahan dalam personality ku. Kalo pas TK aku enggak terlalu ingat sih aku anak yang seperti apa, karena jujur aku orang yang sulit untuk mengingat memori ketika aku kecil. Itu yang menjadi salah satu alasan kenapa aku suka nulis diary, notes, dan sejenisnya yang isinya tentang apa yang aku alami dalam hari itu. Karena aku tahu kelemahanku bahwa aku enggak bisa ingat itu dalam waktu yang lama. Kecuali untuk peristiwa-peristiwa yang emang penting banget. Itu aku bisa ingat semuanya detail sampe ke tanggal-tanggalnya haha. Oh iya pas TK ada momen yang aku inget banget mengenai foto itu. Jadi waktu kecil itu aku menganggap diri aku sebagai anak cowok bukan cewek (ini gara-gara ayah sama ibu ngidamnya anak kedua itu cowok, makanya aku jadi kayak begitu 🙄). Maunya pake baju yang ada celana, enggak mau pake rok. Daan pas karnaval itu aku lupa sih tepatnya gimana, apa aku disuruh sama ayah atau ditunjuk guru harus pake baju adat Sumatera Barat (pastinya pake rok) apa gimana. Yang aku inget waktu itu bu guru TK bilang "Dila kan anak perempuan, jadi harus pakai rok ya nak". Dan enggak tau kenapa mau aja gitu haha. Dari foto itu juga bisa dilihat yaa, lagi hujan. Anak orang pada dipayungin sama emak bapaknya, lah aku malah di foto. Kan aneh ya hmm. Tapi dari situ sih aku paham bahwa ayah sama ibu dari kecil ngajarin aku jadi anak yang mandiri, enggak manja. Dan kalo dilihat dari foto juga aku dari kecil emang punya ekspresi muka Resting Bitch Face (RBF). Sama kayak ini nih😅
KKN 2019
Maaf-maaf yaa kalo berpapasan sama aku mukanya jutek dan serius banget padahal dalam hati tuh aku merasa muka aku fine aja tapi ternyata yang dilihat orang berbeda haha.
Anw buat yang ketemu aku langsung jangan takut buat nyapa duluan karena pasti aku jawab kecuali kalo enggak kedengaran atau enggak keliatan. Mukanya aja yang begini dalamnya mah aku baik hihi
ps jangan salfok sama hp nya doain aja semoga segera upgrade ke sono😁
Sedikit yang aku ingat ketika transisi dari TK ke SD aku anaknya semangat, ceria, dan pintar. Bahkan waktu itu semester satu di kelas 1 aja aku juara satu. Karena kelas 1 juga belajarnya baru belajar mengenal huruf, angka sama belajar baca. Sedangkan aku udah tau huruf, angka bahkan udah bisa ngeja bacaan itu dari TK. Jadi, yaa wajar aku bisa juara 1 haha. Tapi, seiring berjalannya waktu di kelas 2-4 aku udah enggak juara lagi. Karena di masa-masa itu aku banyak mainnya. Aku inget banget pulang sekolah bukannya makan, tidur siang atau ngapain gitu di rumah tapi malah langsung main ke rumah temen. Main sepeda lah, nyari ikan di parit, main masak-masakan, seru banget deh pokonya. Kayak masa kecilku bahagia banget gitu haha.
Tapi, pas udah di kelas 5-6 dan SMP aku mulai ngurangin main. Personality ku seingetku pertama kali berubah di masa ini terlebih ketika aku masuk SMP. Aku jadi anak yang ambisius, ansos, egois, nyaman dengan duniaku sendiri, pendiam, dan nilai oriented (waktu itu di otak aku cuma juara). Tapi dengan cara yang bener dong pastinya. BELAJAR. Bener-bener pas SMP itu aku enggak ada waktu untuk main. Karena sekolah dari pagi sampe siang jam 12.40. Abis itu pulang ke rumah cuma untuk sholat sama makan. Terus lanjut les sampe sore dan kadang ada les yang dalam satu hari itu 2. Malemnya kalo enggak ngerjain PR yaa nonton. Terus jam 9 udah tidur haha. Hiburan dan main aku itu cuma nonton, enggak ada keluar rumah. Weekend kalo enggak bantuin Ibu sama Kakak beres-beres rumah atau nemenin Ayah jualan, aku latihan Marching Band. Mungkin bagi kamu yang baca tulisan ini bakal mikir "kok monoton dan enggak enak banget sih hidupnya". Jujur pada saat itu aku merasa senang dan enjoy aja sih ngejalanin hari-hari seperti itu. Karena aku orang yang enggak suka diem di rumah dan enggak ngapa-ngapain. Aku orang yang aktif dan suka melakukan banyak kegiatan.
Intinya kehidupan SMP berjalan dengan gitu-gitu aja. Tapi ada banyak sekali momen-momen yang aku enggak bisa lupakan ketika aku di kelas 3 SMP. Salah satunya perjuangan untuk masuk SMA. Di awal kelas 3, aku udah mulai mikirin aku bakal lanjut SMA mana. Waktu itu aku pengennya masuk MAN karena dikenal sebagai Kampung Inggris. Dan ketika SMP aku cuma bener-bener menguasai dan menyukai 2 mata pelajaran yaitu Matematika dan Bahasa Inggris. Aku suka Matematika karena aku suka ngitung dan setiap ulangan mostly I got a perfect score. Kalo Bahasa Inggris aku suka Grammar dan emang cenderung pasif sih waktu itu. Bahkan aku pernah ikut lomba story telling pas kelas 3 itu pun karena ditunjuk sama guru, bukan karena aku yang memberanikan diri. Walaupun untuk berbicara di depan umum itu aku lumayan sering. Karena sering jadi MC. Tapi itu bisa liat konsep. Beda dengan kalo lagi story telling yang enggak bisa liat konsep melainkan dihapal. Jadi bebannya itu enggak cuma ngendaliin gerogi di atas panggung tapi juga hapalan tentang story yang akan diceritakan. Well, ternyata bener ada satu percakapan yang aku lupa ketika di atas panggung haha. Tapi Alhamdulillah tetap juara 1😁. Dan jadi satu-satunya prestasi aku di luar juara kelas.
Lanjut ke cerita mau masuk SMA. Singkat cerita aku enggak jadi daftar di MAN karena pada saat itu sebenernya aku juga terobsesi untuk bisa masuk SMA N Plus (tingkat provinsi) dan kebetulan jadwal pendaftaran di MAN itu sama dengan jadwal tes di SMA N Plus. Jadinya aku enggak bisa daftar. Dan satu hal lagi yang bikin aku enggak bisa daftar MAN karena enggak dibolehin Ayah. Singkat cerita, setelah tes di SMA N Plus, ternyata aku enggak lolos. Dan pemberitahuannya itu diumumkan lewat koran Riau Pos karena waktu itu internet belum yang secanggih sekarang dan ternyata namaku enggak ada di daftar peserta didik yang lolos. Abis baca koran itu aku lemes banget. Karena salah satu mimpiku gagal. Menurutku waktu itu hehe. Dengan semangat dari orang tua, akhirnya aku tes lagi di SMA N Pintar. Sistemnya hampir sama dengan SMA N Plus, cuma bedanya SMA N Pintar itu tingkat kabupaten. Ada rasa trauma dan enggak percaya diri sih ketika daftar ke SMA N Pintar karena sempat ditolak SMA N Plus. Tapi mungkin emang karena udah takdirnya. Alhamdulillah aku lolos SMA N Pintar dan itu pun karena kuota. Jadi bener-bener emang keberuntungan banget sih. Kebetulan waktu sistem PPDB SMA N Pintar itu pake sistem jatah per kecamatan 5 orang. Nah waktu itu ada 15 Kecamatan, tapi yang masuk itu cuma 14 Kecamatan dan ada beberapa kecamatan yang lolos itu kurang dari 5 orang. Maka untuk memenuhi kuota diambillah dari kecamatan yang nilai tesnya tertinggi. Kebetulan kecamatan aku nilai tertinggi ke dua, jadilah dari kecamatanku bisa masuk 7 orang (itu maksudnya kuota).
Nah, ketika SMA, aku mulai membuka diri, pendiamnya aku udah enggak separah pas SMP. Itu semua menurutku disebabkan oleh orang-orang yang ada di lingkungan sekolah. Mulai dari temen-temen seangkatan sampe ke guru yang emang kayak ortu kedua. Kebetulan SMA aku asrama, jadi ketemu sama temen-temen dan guru itu 24 jam karena guru juga tinggalnya di rumah dinas sekolah. Artinya selama 3 tahun, lebih banyak waktu 24 jam yang aku lalui bareng temen-temen dan guru dibandingkan keluarga. Jadi, menurutku yang bikin aku bisa perlahan-lahan membuka diri adalah karena aku menemukan lingkungan baru dan juga tuntutan baru yang mengharuskan aku untuk berubah. Dan sifat egois, apatis, ansos, nilai oriented itu perlahan memudar. Karena adanya sistem angkatan bikin sifat-sifat itu tidak terlalu menonjol seperti ketika aku SMP. Selain itu juga karena di SMA N Pintar adalah kumpulan orang-orang juara dari semua kecamatan yang ada di Kuansing, itu bikin aku kayak useless kalo cuma mikirin nilai atau juara. Karena semua orang adalah juara di sekolahnya. Dari situlah aku mulai mencari potensi apa yang aku punya tapi belum tentu semua orang bisa. Bisa dibilang SMA adalah awal dari self improvement yang terjadi dalam hidupku. Karena ketika SMA bener-bener aku belajar yang namanya bersyukur akan hidup yang aku jalani dan belajar untuk menerima takdir yang Tuhan berikan.
Mata pelajaran yang aku suka dari SMP tetap menjadi mata pelajaran yang aku sukai juga ketika SMA. Tapi seiring berjalannya waktu ketika udah di kelas X semester 2 aku mulai menyadari bahwa aku lebih condong menyukai Bahasa Inggris daripada Matematika. Dan dari situ aku juga menemukan celah untuk aku bisa punya sesuatu yang beda dari orang lain. Karena pada saat itu bahasa Inggris masih menjadi salah satu pelajaran yang sulit untuk temen-temen seangkatanku. Sedangkan matematika itu banyak yang lebih jago daripada aku. Dari situlah aku mulai menggali potensiku dalam bahasa Inggris dan aktif di ekskul English club dan di kelas 2 aku mulai aktif di English debate competition. Dan dari kelas 1 semester 2 juga aku sudah tahu aku akan menjadi apa dan kuliah di mana. Yaitu jadi Guru atau Dosen Bahasa Inggris dan kuliah di UPI Bandung jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Aku terinspirasi dari sosialisasi yang dilakukan mahasiswa S2 UPI Bandung. Dari situ aku mulai memperhatikan gimana caranya nilai bahasa Inggris aku bisa stabil dan meningkat sampe semester 5. Tapi juga tidak melupakan pelajaran lainnya. Artinya walaupun prioritas utamaku bahasa Inggris, tapi pelajaran lain itu juga penting sebagai penunjang.
So, untuk kamu yang udah baca sampe sini pasti tahu dong kalo aku adalah orang yang terencana dan terstruktur. Walaupun banyak orang yang bilang ke aku hidup dibikin santai aja kayak air mengalir. Bahasa kerennya let it flow aja deh, enggak usah dibikin ribet. Tapi aku senang dengan hidup yang penuh rencana. Karena bagiku ketika kita bisa menjalani hidup yang kita senangi di situlah arti hidup yang sesungguhnya. Walaupun banyak rencanaku yang tidak berjalan sesuai dengan harapan tapi itu tidak membuatku jera untuk tetap membuat perencanaan setiap hari, bulan atau tahun karena dengan adanya plan a, b,c, lebih membuat aku tenang daripada enggak ada sama sekali. Aku juga seorang introvert, dari awal tulisan ini tanpa ngeliat atau ketemu orangnya langsung juga kalian pasti tau haha. Seperti yang pernah aku singgung di kalimat awal bahwa aku suka nulis diary, notes dan sejenisnya. Alasan lainnya juga karena aku orang yang introvert sehingga enggak mudah untuk aku bisa cerita ke siapapun secara leluasa termasuk keluarga. Walaupun mungkin ada beberapa cerita yang aku pernah ceritakan, tapi sejatinya tidak seluwes aku cerita di diary atau notes dan sekarang lebih prefer nulis di laptop (word). Dan tidak semua yang terjadi di hidupku aku ceritakan. Karena mungkin memang bawaan dari introvert itu sendiri yang bikin aku sulit untuk bisa terbuka terhadap orang lain terutama orang baru. Dan juga sulit untuk bisa percaya dengan orang lain.
Kayaknya tulisan kedua ini cukup sampe di sini dulu. Semoga bermanfaat and have a nice day everyone~
.jpg)
enggak se introvert itu kok dhill
ReplyDeleteKalo udah kenal mah ya enggak wkwk
ReplyDelete🔥🔥🔥
ReplyDelete